Diberdayakan oleh Blogger.
.

Golongan Putih


posted by Unknown on

No comments

Malam ini seharusnya saya pulang ke kampung, dalam artian ke rumah orangtua untuk menggunakan hak politik di bilik suara. Seharusnya memang begitu, pun ujaran dosen-dosen di kampus, tokoh di televisi, wajah tak dikenal di koran-koran pagi, mereka menyerukan seluruh warga Indonesia untuk menggunakan hak pilihnya. Lalu kenapa saya tidak?

Tentu ada sekian alasan yang dapat membangun tindakan untuk tidak hadir dalam pesta yang riuh itu. Pertama-tama, saya samasekali tidak anti-politik, saya bukan lagi seorang pemuda anarkis (sengaja saya beri tautan ke wikipedia, sebab sudah terlalu banyak orang yang keliru paham dan menyamakannya dengan tindakan fandalisme), tentu saya juga bukan terlalu malas untuk tidak hadir di bilik suara. Persoalannya ada pada pilihan yang ditawarkan. Sebagai seorang pria yang sedang belajar menjadi konsumen yang cerdas, saya sudah terbiasa melakukan riset sebelum memutuskan suatu tindakan konsumsi. Katakanlah saya membutuhkan sebuah figura dengan spesifikasi tertentu, lalu saya pergi ke Jonas, ternyata mereka sudah tidak menjual lagi figura, mereka kini hanya menjual paku. Apa lantas saya harus membeli paku karena tidak ada figura disana? yang saya butuhkan adalah sebuah figura, lalu mengapa saya harus membeli paku?

Pun demikian dengan keputusan politik, saya merasa tidak ada yang dapat mewakili kepentingan saya dari sekian calon yang ada, daripada saya lantas memilih sembarangan, lalu tidak bertanggungjawab atas pilihan itu. Ingat, ketika anda menitipkan kepentingan dan hak politik pada calon wakil rakyat, anda harus bertanggungjawab untuk mengawal tindak politiknya, setidaknya di tingkat akar rumput, di tingkat lokal. Demikian juga dengan yang merasa tidak bisa menitipkan kepentingannya pada kumis-kumis tebal dan wajah sumringah itu, harus mencari alternatif tindakan politik yang saya pikir tidak kalah terhormatnya. Misalnya dengan pemberdayaan komunitas-komunitas kecil yang terdekat, edukasi politik melalui tulisan, dan masih banyak lagi.

Silakan bagi teman-teman yang merasa kepentingannya dapat terwakilkan oleh beberapa orang yang wajahnya belakangan ini terpampang di jalan-jalan raya, terpaku di pohon-pohon rindang, membuat macet jalan raya ketika kalian terlambat ke kampus., silakan. Saya undur pamit, mundur teratur, sebab memang tidak ada yang dapat mewakili kepentingan saya dari wajah-wajah yang terhormat itu.

Mungkin, kelak. Jika Jonas telah kembali menjual figura, saya akan datang lagi untuk membelinya. Sementara hingga waktu itu datang, saya mungkin hanya akan berdiri di luar barisan, menyaksikan pesta yang sesungguhnya mereka tidak begitu paham, siapa yang ulangtahun? siapa yang nikahan? atau sunatan? Dapat dipastikan, mereka minum terlalu banyak dan mabuk.

Leave a Reply

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...