Belajarlah untuk tidak menjadi
‘siapa-siapa’ jika kamu iri pada hadirku.
Gambar diambil dari www.deviantart.com |
Sungguh,
kawan… kamu sudah begitu penuh. Apalagi yang kamu cari? Sesekali dalam hidup
mestilah kita berkata cukup pada arus deras itu, memegang ranting untuk
istirahat sejenak. Tidak perlu terlalu terburu-buru. Siapa yang mengejarmu? Apa
juga yang kamu kejar? Tidakkah kamu lelah dengan semua siasat ini?
Aku
kenal betul siapa dirimu, bagaimana latar belakangmu, apa saja yang kamu
lakukan dalam keseharianmu. Dulu, ketika kita tinggal berdekatan, kamu sering
bercerita, aku mendengar. Kamu jenis manusia pekerja keras, pintar, tekun, dan
yang paling penting kamu ambisius dan optimis. Sifat-sifat yang tidak dimiliki olehku. Dunia butuh banyak orang
sepertimu. Aku sayang kamu, kawan.
Kini
kamu terjatuh oleh kerikil yang sudah tentu tidak pernah kamu khawatirkan
sebelumnya. Kamu begitu yakin, kemenangan ada ditanganmu. Kamu lupa, kadang
dunia begitu congkak dan keji pada orang yang terlalu percaya. Kamu jatuh, itu
sakit bukan?
Sudahlah,
lihat dirimu sekarang. Kamu muda, tampan, banyak prestasi dan karya yang sudah
kamu buat. Kamu rebahkanlah dulu punggung lelah itu. Sedari dulu aku sering
mengingatkan, jangan terlalu banyak menonton Mario Teguh. Kamu melengos, kini
jatuh lah kamu.
Jatinangor, 26
Februari 2012
Begitulah, kamu…